Kolaborasi Djaduk Ferianto Dan Reyog Unmuh Tampil Memukau


1415401421142993252
Musik Kuaetnika yang unik berpadu dengan gamelan reyog
Seperti janji saya pada tulisan sebelumnya butet djadug, dan reyog saya akan menulis reportase tentang kolaborasi antara group musik Kuaetnika yang dipimpin pemusik gaek Djaduk Ferianto dengan group reyog Unmuh Ponorogo.
Rasa penasaran begitu menggebu, reyog yang gemulai dan rancak yang biasanya diiringi gamelan kali ini harus diiringi gamelan yang berbaur dengan musik etnik modern yang temponya lebih cepat dari biasa. Namun rasa psimis itu seakan buyar ketika punggawa Djaduk Ferianto sudah sejak awal membawakan lagu-lagu intrumentalia sountrack film “Mission Imposible” yang digabung dengan gamelan reyog sebagai musik awal. Musiknya lucu terdengar  mirip gamelan Bali, Banyuwagian, dan terkadang suasana Sunda yang muncul.  Suasana tambah riuh ketika 2 penyanyi Kuaetnika naik panggung (Silir Pujiwati dan Anita Siswanto), lagu-lagu baru “Meraih mimpi”, “Mengejar Matahari”, “Bendera” dan lagu lagu dari Chryse.
1415401520706461437
Djaduk Ferianto dan musik Kuaetnika-nya
1415401613375356903
Silir Pujiwati dan Anita Siswanto vokalis, penampilannya luar biasa
Adik-adik dari group reyog “Singo Budi Utomo” Unmuh terlihat lancar dan tidak canggung meski harus berkolaborasi dengan group musik etnik terkenal. Di usia muda dan masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah menjadi catatan tersendiri buat mereka, berkali kali aplaus dari undangan yang hadir serta pihka rektorat atas penampilannya.
“Kami sangat bangga diberi kesempatan berguru pada mas Djaduk dan group musiknya, luar biasa atas kepercayaanya, kami sangat bersyukur untuk itu…..” kata Ahmad mahasiswa Unmuh ketua group reyog Singo Budi Utomo dalam sambutannya.
1415401781457617742
Penari jathilan menyesuaikan berhijab, kali pertama penari jathil memakai jilbab
1415401859564978839
gerakan dinamis dalam iringan musik dengan tempo cepat
14154020181203138054
jathilan dan ganongan, perlu tenaga ekstra untuk menyesuaikan musik pengiring
Suasana semakin heboh ketika 6 penari jathilan dan diikuti 2 penari ganongan memasuki panggung, lagi-lagi suara gamelan reyog dan musik Kuaetnika bertalu-talu mirip penari Bali memasuki panggung, suara bonang dan gamelan Bali begitu dominan tapi agak lembut karena gong reyog juga dominan.
Penari jathilan kali ini tampil menarik, dibalut busana jilbab tak mengurangi kelincahan dan keluwesan tariannya, tempo musik yang cepat membuat gerakan begitu rancak dan dinamis mirip susana musik dan tari di discoutic dan cafe-cafe. Perlu stamina prima dengan model musik seperti ini, serasa gerakan tanpa henti meski pakem tarian masih pada alurnya, hanya gerakan dan loncatan-loncatannya memerlukan tenaga ektra.
Begitu juga tarian ganongan begitu lincah, dan tarian menyesuaikan musik yang bertempo cepat dan dinamis. Mirip pertunjukan akrobatik, penari ganongan terasa bebas menari dengan gerakan-gerakan dan tidak terpancang lagi pada pakem, namun jenis gerakannya masih kental nuansa Ponorogonan.
1415402293496817101
kendang dan kempol dari reyog Unmuh
14154021971296847040
Panggung yang lebar di Padepokan Reyog menampung banyaknya pemusik dan penari
1415402141352104837
tukang senggak, mirip tukan yel-yel
14154016861313389274
dadag merak dan klono sewandono, tak luput dari inovasi
Gerakan dadag merakpun tak luput dari inovasi, gerakan-gerakan dasar menyesuiakan gamelan, musik entnik serasa berada di pulau Bali sana, mirip tarian Barong.
Dengan selesainya penampilan reyog secara keseluruhan Djaduk Ferianto  langsung berdiri dan meraih mik pengeras suara, “Luar biasa…… luar biasa……. cuma berlatih menyesuikan sehari kemarin, adik-adik Unmuh luar biasa….. coba kalau lebih lama lagi…….”
Para penonton yang hadir langsung menyambut dengan aplaus panjang dan beranjak dari tempat duduknya.
1415402448489939533
Silir Pujiwati dan Anita Siswanto tampil menutup acara
Penampilan tidak berhenti begitu saja, sehabis penampilan reyog masih disambung dengan lagu-lagu Hits yang dibawakan Silir dan Anita. Penampilannya yang berkelas mebuat penonton enggan untuk beranjak.
“Salam Budaya”
*) Salam Njepret
*) Salam Jalan-jalan

Supported by:

Tags: kampret nanang diyanto reyog unmuh ponorogo frn xxi djaduk ferianto kompasionoval budaya aksiuntukindonesia akudankompasiana

Komentar

Postingan Populer